A. Judul
PENERAPAN
TEKNIK MENULIS
TERBIMBING DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN (Penelitian Tindakan Siswa Kelas I SD Negeri 1
Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)
B. Nama Penulis
TUTI ROHANIATI, A.Ma.Pd
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata
Kunci:
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Penerapan Teknik Menulis Terbimbing dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam menulis permulaan
yang telah dilakukan guru dan siswa kelas
I SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan
dimaksud, yakni sebagian besar siswa kurang belajar secara aktif yang berdampak
pada hasil belajarnya kurang mencapai tingkat kemampuan yang diinginkan. Hal
ini disebabkan oleh penggunaan pendekatan yang kurang tepat. Untuk mengatasi
masalah tersebut, digunakan metode belajar kelompok. Adapun pokok masalah yang
diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana
langkah-langkah penggunaan teknik menulis terbimbing
untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 1
Mekarsari?,
dan (2) apakah kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas I
SD Negeri 1 Mekarsari meningkat setelah digunakan teknik menulis terbimbing?
Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut,
adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam tiga
siklus. Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan
teknik menulis terbimbing dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
permulaan.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Salah satu dari empat keterampilan
berbahasa yang harus dipelajari siswa sejak dini adalah keterampilan menulis
dalam konteks permulaan. Melalui pembelajaran menulis permulaan, siswa usia
dini mulai megenal cara menuliskan huruf, merangkainya menjadi sebuah kata dan
kalimat-kalimat sederhana. Untuk itu, siapa pun guru yang bertugas menjadi agen
pembelajaran dan agen perubahan (agent of
change) bagi siswa usia dini, hendaklah
mampu menyiasainya dengan terampil. Menurut Hermawan (2010: 73) “Sebagai
guru yang mengemban amanah untuk membelajari siswa usia dini, hendaknya
memahami benar aneka teknik pembelajaran yang memungkinkan terjadi
perubahan-perubahan yang diinginkan, termasuk di dalam perubahan pada
kecerdasan keterampilan berbahasa”. Hal ini sangat penting, agar siswa memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi secara tulis”.
|
Berdasarkan hasil refleksi awal
terhadap proses dan hasil belajar siswa kelas I sD Negeri 1 Mekarsari dalam
pembelajaran menulis permulaan, kurang bermakna. Harusnya, siswa dapat belajar secara
bermakna, dan saling belajar dengan sesama teman. Namun pada kenyataannya tidak
demikian. Siswa lebih banyak diam daripada melakukan kegiatan yang
diinstruksikan guru. Terlebih lagi dalam keberanian mengutarakan ide kepada
sesama, tampak kurang mampu. Selain itu, hasil belajar sebagian besar siswa kurang
mencapai harapan. Dari 30 orang siswa, baru diketahui ada 3 orang (10%) yang
dinyatakan cukup mampu menuliskan idenya dalam beberapa kalimat pendek. Sementara itu sebagian besar dari mereka
(90%) dinyatakan kurang mampu. Kondisi seperti ini sangat bertolakan dengan
pendapat Hermawan (2010: 79) yang mengemukakan sebagai berikut “Apabila siswa didik
selama belajar kurang kreatif dan selalu menunggu perintah dari guru, ini
artinya sebuah kegagalan awal dalam pembelajaran, yang akan melahirkan
kekurangmampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan. Hal tersebut, sangat erat
kaitannya dengan teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru, yang pada
intinya teknik yang telah digunakan guru tersebut, kurang tepat”.
Masalah tersebut, tidak terjadi dengan
sendirinya. Salah satu komponen yang diduga kuat telah berdampak pada kondisi
tersebut adalah teknik yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Hamalik (2003: 91) bahwa “Teknik pembelajaran yang digunakan guru berpengaruh
besar terhadap proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus selektif
di dalam memilih dan menggunakan teknik”. Dalam mengatasi masalah yang dihadapi
siswa dalam proses belajar menulis permulaan, akan digunakan teknik menulis
terbimbing. Menurut Hermawan (2010: 80) “Pembelajaran menulis permulaan dengan
menggunakan teknik menulis terbimbing akan membawa siswa pada proses belajar yang sebenarnya melalui
bimbingan secara intensif yang dilakukan guru. Siswa bukan saja akan mengenal
proses menulisnya tetapi juga hasil menulisnya akan lebih baik”. Bertolak dari
pendapat ahli tersebut, diperoleh gambaran yang menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara menulis permulaan dengan teknik menulis terbimbing.
Besar harapan melalui upaya menerapkan teknik ini membawa perubahan, baik pada
proses mamupun hasil belajar siswa SD Negeri 1 Mekarsari. Atas dasar itu, yang
telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian, dengan judul “Penggunaan
Teknik Menulis Terbimbing dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan (Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)”.
b. Rumusan Masalah
Bertolak
dari uraian latar belakang di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana langkah-langkah
penggunaan teknik menulis terbimbing untuk meningkatkan kemampuan menulis
permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsari?
2.
Apakah kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas I
SD Negeri 1 Mekarsari meningkat setelah digunakan teknik menulis terbimbing?
c. Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah terkait dengan kekurangmampuan siswa
kelas I SD Negeri 1 Mekarsari dalam menulis permulaan, yakni menempuh
langkah-langkah teknik menulis terbimbing. Melalui teknik ini, siswa mendapatkan
bimbingan yang intensif dan bermakna sehubungan dengan tata cara menulis huruf
menjadi kata dan konteks kalimat sederhana yang benar.
d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini, adalah sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran teknik
menulis terbimbing dalam meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas
I SD Negeri 1 Mekarsari berdasarkan teknik menulis terbimbing.
2.
Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran teknik
menulis terbimbing dalam meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas
I SD Negeri 1 Mekarsari setelah menempuh langkah-langkah teknik menulis
terbimbing.
3.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan
teknik menulis terbimbing.
e. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan,
dapat dirumuskan hipotesis tindakan yang tertulis berikut “Terdapat peningkatan
kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsari setelah
menempuh langkah-langkah teknik menulis terbimbing”.
E. Kajian Teori
a. Tahapan Menulis Permulaan
untuk Siswa Kelas 1 SD
TAHAP 1 Coretan-coretan acak
Mulai
membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak;
coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas
dari kertas. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau
terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau
beberapa warna.
TAHAP 2 Coretan
terarah
Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk
garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik,
bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak
berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.
TAHAP 3 Garis
dan bentuk khusus diulang-ulang atau menulis garis tiruan
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan
garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan
halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis;
dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
TAHAP 4 Latihan
huruf-huruf acak atau nama
Huruf-huruf muncul berulang-ulang
diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol;
dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam
gambar sederhana yang sudah dikenalnya seperti sebuah rumah atau saling
berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin
saling tertukar , dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat
menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak
atau benar.
TAHAP 5 Menulis
nama
Nama mungkin yang pertama, terakhir,
atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna
alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai
cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna;
nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka
dan abjad dapat dimasukkan.
TAHAP 6 Mencontoh
kata-kata di lingkungan
Menulis kata-kata dari lingkungan secara
acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama
anggota keluarga lainnya.
TAHAP 7
Menemukan ejaan
Usaha pertama untuk memeriksa dan
mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk
mewujudkan sebuah kata.
TAHAP 8 Ejaan
umum
Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan
huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.
- Teknik Menulis Terbimbing
Pembelajaran menulis
paragraf deskriptif dengan menggunakan teknik menulis terbimbing menempuh alur
yang disebutkan Nababan (2009:129), yang dikutip berikut. Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar menulis
paragraf deskriptif sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Inti
dari kegiatan ini, meliputi: (1) guru dan siswa melibatkan diri dalam kegiatan awal, mulai
apersepsi, memahami tujuan pembelajaran dan cara mencapainya, dan saling
memotivasi; (2) guru dan siswa melibatkan
diri dalam kegiatan inti, mulai dari menyajikan materi ajar, membimbing siswa saat memenuhi tuntutan, memotivasi siswa,
menilai hasil unjuk kerja siswa, membahas hasil unjuk kerja siswa, dan
menindaklanjuti hasil unjuk kerja siswa dengan
hal-hal yang telah direncanakan; dan (3) guru dan siswa melibatkan diri dalam kegiatan akhir, mulai
dari membuat simpulan, melaksanakan penilaian, dan menutup kegiatan dengan
hal-hal positif, sesuai dengan rencana.
Penerapan teknik menulis terbimbing dalam pembelajaran menulis paragraf
deskriptif akan memberi dampak
positif kepada siswa, baik
terhadap proses maupun hasil belajarnya. Begitu pun bagi guru mata pelajaran
bahasa Indonesia, lebih kurangnya ia akan merasa terdorong untuk menjadi teknik
yang baik dalam memenuhi setiap tuntutan dan arah pembelajaran yang akan
dikelolanya tidak sulit untuk ditempuh. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Uno (2009: 49), yang mengemukakan bahwa setiap teknik pembelajaran yang
ditempuh secara profesional, akan memberi dampak kebaikan kepada guru dan
siswa. Kebaikan bagi guru, tidak sedikit, termasuk di dalamnya memudahkan ia
pada saat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasil
kegiatan belajar mengajar. Siswa pun
tidak jauh berbeda dengan guru, termasuk di dalamnya aktivitas belajar menjadi
lebih bermakna dan hasil belajarnya paling tidak mendekati harapan.
Nilai kebaikan teknik menulis terbimbing bagi guru dan siswa dapat diungkap dari pendapat Sapani (2009:
84), yaitu “Teknik menulis terbimbing akan mengaktifkan guru dan siswa selama dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Guru bertugas membimbing siswa ke arah yang
diinginkan dalam kegiatan pembelajaran menulis”. Lebih lanjut dikemukakan
“Dampak dari bimbingan yang terarah ini, proses belajar siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran
menulis menjadi lebih mudah karena ada yang membimbingnya ke arah yang benar,
dan pada akhirnya hasil belajar menjadi lebih baik” (Sapani, 2009: 85).
Pembelajaran
menulis permulaan dengan teknik menulis terbimbing, siswa telah mampu menentukan topik atas bimbingan
guru. Bimbingan yang diberikan adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa
dan melalui curah pendapat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tompkins dan Hoskisson (1991:230) yang mengatakan bahwa
dalam proses penentuan dan pengembangan topik, guru dapat membantu siswa melalui curah pendapat untuk menggali dan memperoleh
sejumlah topik serta memilih satu topik yang paling diminati dan diketahui
siswa. Graves (1984) dan Calkins (1994) (dalam Furaidah, 1998:51) menyarankan
agar guru memberikan kebebasan kepada siswa memilih topik yang mereka senangi. Dengan mencermati kedua pendapat ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa pemilihan topik melalui curah pendapat akan memberikan
kesempatan dan kebebasan kepada siswa memilih
topik sesuai dengan minatnya. Guru tidak memberikan sejumlah topik untuk
dipilih siswa secara mutlak, melainkan
guru hanya berfungsi sebagai motivator agar siswa termotivasi mengemukakan topiknya
masing-masing. Dengan demikian, pemilihan topik berdasarkan minat siswa dapat menumbuhkan motivasi yang kuat bagi siswa
untuk mengumpulkan ide terkait dengan
topik dan mengembangkannya menjadi sebuah tulisan. Jadi, siswa belajar mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
kebutuhan melalui curah pendapat.
Di samping curah
pendapat, guru atau siswa dapat juga
mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk
menentukan topik. Secara bebas, siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawaban-jawaban yang muncul merupakan
penggambaran kebebasan bagi siswa mengemukakan
pendapat sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan
topik yang telah ditentukannya, siswa mengembangkan
topik tersebut. Dalam pengembangannya, siswa
menyertakan gambar dalam draf
tulisannya. Gambar tersebut sesuai dengan topik yang dikembangkan. Menurut
Bruner (dalam Molenda,1982: 96) gambar dapat membuat ide yang abstrak menjadi
lebih konkret. Hal ini dipertegas oleh pendapat Samuel (1973:585) yang
mengatakan bahwa gambar dapat digunakan sebagai pemancing untuk memperkenalkan
kata-kata baru melalui tulisan. Kreativitas siswa seperti itu tetap diperhatikan dan dihargai.
Bimbingan tetap diberikan oleh guru kepada siswa, sehingga aktivitas siswa berlangsung secara optimal. Guru telah
memberikan bimbingan kepada siswa yang
betul-betul memerlukan bimbingan. Guru memfasilitasi siswa saat menyusun draf. Tindakan guru seperti itu
sejalan dengan anjuran yang disampaikan Routman (1994:66), yakni guru agar
berperan sebagai fasilitator, membantu siswa menuangkan ide-ide ke dalam draf secara
bermakna kohesif, koherensif, serta mencerminkan karakteristik individual. Hal
ini berarti bahwa pada tahap penyusunan draf, guru berperan menciptakan suasana
kondusif, sehingga siswa termotivasi dan
berani menuliskan ide-ide mereka ke dalam draf tanpa merasa takut salah, baik
isi maupun mekanik.
Setelah
draf selesai disusun, siswa merevisi dan
sekaligus mengedit tulisannya. Kesalahan isi atau mekanik tulisan siswa dapat diperbaiki (direvisi) oleh siswa atau oleh temannya. Siswa melakukan aktivitas tersebut melalui diskusi
dengan temannya. Tampaknya strategi merevisi seperti ini dapat merupakan salah
satu cara yang menarik dilaksanakan oleh siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ellis (1989: 160) yang mengatakan bahwa
cara efektif yang dapat membantu penulis mengembangkan ide dan meningkatkan
keterampilan menulisnya adalah dengan mengadakan temu pendapat dengan teman
sejawat.
Pada
tahapan ini, guru membimbing aktivitas merevisi secara intensif karena
kadang-kadang siswa mengalami perbedaan pendapat atau mengalami kesulitan
mengganti, menambah, atau mengurangi kata/kalimat yang ada dalam tulisan
sendiri atau tulisan temannya. Bimbingan guru sangat membantu siswa menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, guru
perlu berkeliling memantau aktivitas siswa agar perbaikan kesejawatan bermakna bagi
siswa. Melalui pembelajaran memperbaiki
tulisan, siswa memperoleh pengalaman
mengganti, menghilangkan, menambah, atau menyusun ulang kata/frase, kalimat,
atau paragraf.
Pemberian
kesempatan kepada siswa untuk mengedit
tulisan teman sejawat atau tulisan sendiri akan menumbuhkan sikap positif pada
siswa. Siswa bersikap kritis, dapat
bekeja sama, memiliki rasa toleransi, terbuka menerima pendapat orang lain,
berani dan bertanggung jawab, serta memiliki rasa percaya diri. Sikap positif
ini merupakan sikap yang diharapkan dimiliki oleh setiap siswa. Melalui
pembelajaran menulis, siswa tidak hanya
memperoleh dampak pembelajaran pengeditan tetapi juga memperoleh dampak
pengiring.
Dengan
melakukan aktivitas menulis dan melihat kesalahannya, siswa dapat belajar secara lebih bermakna daripada
diberikan teori tentang pengunaan tanda baca. Elley, Burhan, Lamb, Wyllie
(1976); Bissex (1980); Graves (1985); (dalam
Tompkins,1991:244) melalui hasil penelitiannya menegaskan bahwa pendekatan
fungsional untuk mengajarkan mekanik melalui aktivitas menulis lebih efektif
daripada latihan mengunakan tanda baca secara terpisah. Oleh karena itu,
kegiatan mengedit ini hendaknya dilaksanakan dalam konteks menulis, tidak
dilaksanakan secara berdiri sendiri kalimat demi kalimat. Artinya, dengan
menulis dan membaca sebuah tulisan yang dihasilkan siswa, tulisan tersebut
dapat diperbaiki secara mekanik. Hal ini lebih bermakna dibandingkan dengan
memperbaiki mekanik secara berdiri sendiri. Jadi, aktivitas mengedit
dilaksanakan secara kontekstual.
Bimbingan guru kepada siswa dalam aktivitas menulis permulaan dengan teknik
menulis terbimbing, pada dasarnya merupakan pembuka jalan untuk mencapai
tingkat keterampilan menulis secara mandiri. Bila siswa telah mampu menulis tanpa bimbingan guru,
secara perlahan-lahan segala bentuk bimbingan dikurangi. Hal ini senada dengan
pernyataan Vygotsky (dalam Gunning, 1992:400) dengan teori scaffolding,
yaitu bimbingan yang diberikan guru kepada siswa hanya berfungsi sebagai perancah atau
penyangga untuk memperkuat potensi siswa mencapai tingkat kemampuan maksimal. Bila perancah/penyangga
tersebut telah kuat, nantinya siswa siap
menjadi penulis yang mandiri.
Berdasarakan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata kelas yang diperoleh siswa
dalam menulis permulaan dengan teknik
menulis terbimbing mengalami peningkatan pada setiap siklus. Peningkatan
terjadi karena guru telah berusaha secra
maksimal memberikan bimbingan kepada siswa pada setiap tahapan menulis. Dengan adanya
peningkatan skor, siswa tertarik
berlatih menulis. Oleh kare4na itu disarankan agar (1) guru-guru sekolah dasar
memahami, menguasai, dan menerapkan secara tepat teknik menulis terbimbing
dalam pembelajaran menulis permulaan, (2) guru-guru SD yang ikut serta sebagai
anggota peneliti menularkan pemahamannya tentang penerapan teknik menulis
terbimbing dalam pembelajaran menulis permulaan kepada guru-guru lainnya yang
memerlukan kelompok KKG (Kelompok Kerja Guru) dalam gugus tertentu, (3) guru
aktif dan kreatif membimbing aktivitas siswa secara individual atau secara kelompok pada
saat pembelajaran berlangsung, dan (4)
kepala sekolah dasar senantiasa mendorong dan membina guru-guru binaannya agar
berupaya meningkatkan pemahamannya tentang pembelajaran menulis dengan teknik
menulis terbimbing dan secara berkelanjutan memantau pelaksanaannya di kelas.
F. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini
mengikuti pola alur penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki arti dan ciri khas atau
karakteristik tersendiri. Sehubungan dengan itu, Kunandar (2008: 45) mengemukakan sebagai berikut.
Penelitian tindakan kelas didefinisikan suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru di kelasnya bersama-sama dengan
orang lain (kolabolator) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya
melalui suatu tindakan (treatement)
tertentu dalam suatu siklus.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, diperoleh suatu simpulan bahwa desain penelitian tindakan kelas merupakan cara pemecahan
masalah yang dihadapi guru dan siswa untuk
memperbaiki kinerjanya yang kurang sesuai dengan harapan. Upaya memperbaikinya
itu diperlukan suatu tindakan (treatement)
yang memungkinkan guru dan siswa mampu
melaksanakannya dan berhasil mencapai arah perbaikan yang diharapkan. Dalam
proses pemecahan masalah dimaksud, guru tidak bertindak secara sendiri
melainkan kolaborasi dengan teman sejawat atau kolega yang memiliki kesiapan untuk
berpartisipasi secara aktif di dalamnya.
Desain atau pola penelitian tindakan kelas yang diikuti oleh peneliti meliputi tahapan konkret, antara lain: (1) merencanakan,
(2) melaksanakan, (3) mengobservasi, dan (4) merefleksi tindakan setiap siklus yang telah berlangsung (Kunandar, 2008:
84). Model yang diikuti oleh
peneliti adalah model Kemmis dan Taggart, seperti digambarkan
berikut.

2. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini
yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa Kelas I SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis
Tahun Pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 30 orang siswa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1.
Tes dipergunakan untuk mendapatkan data
tentang hasil belajar siswa.
2.
Observasi dipergunakan untuk
mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran dengan menggunakan teknik menulis terbimbing dalam meningkatkan
kemampuan menulis permulaan.
3.
Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan
data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran dengan menggunakan teknik menulis terbimbing dalam meningkatkan
kemampuan menulis permulaan.
4.
Diskusi antara guru, teman sejawat, dan
kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
4. Teknik Analisis Data
Data yang
dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Hasil belajar: dengan menganalisis nilai
rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi,
sedang, dan rendah.
2.
Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat
keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Implementasi pembelajaran dengan menggunakan teknik menulis terbimbing dalam meningkatkan
kemampuan menulis permulaan dengan menganalisis tingkat
keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang
berhasil, dan tidak berhasil.
G. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
a) Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil
penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran menulis permulaan yang
disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing yang telah dilakukan.
Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana
diuraikan berikut ini.
1. Siklus 1
Siklus 1 terdiri
dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta
replanning, seperti berikut ini.
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus 1,menempuh
langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Tim peneliti melakukan analisis
kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing.
2)
Membuat rencana pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
teerbimbing.
3)
Membuat lembar kerja siswa.
4)
Membuat instrumen yang digunakan dalam
PTK siklus 1.
5)
Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus 1
pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan berikut.
1)
Sebagian kelompok belum terbiasa dengan
kondisi belajar berkelompok.
2)
Sebagian kelompok belum memahami
langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan yang
disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing secara
utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi
masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
1)
Guru dengan intensif memberi pengertian
kepada siswa kondisi dalam berkelompok,
kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam
kelompok.
2)
Guru membantu kelompok yang belum
memahami langkah-langkah pembelajaran menulis
permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing.
Pada akhir siklus 1 dari hasil
pengamatan guru dan kolaborasi dengan
teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar
kelompok.
2)
Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing.
3)
Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing,
memiliki langkah-langkah tertentu.
c. Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pada
siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 1 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan
Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
11
|
16
|
69
|
|
Hasanudin
|
12
|
16
|
75
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
10
|
16
|
63
|
|
Cut Nya Dien
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
10
|
16
|
63
|
|
Kartini
|
11
|
16
|
69
|
|
Dewi Sartika
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
2)
Hasil observasi siklus 1 tentang
aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi aktivitas guru
dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 masih tergolong rendah dengan
perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini
terjadi karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan
kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana mengikuti pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing.
3)
Hasil evaluasi siklus 1, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM,
penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan
rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun
keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)
Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing.
Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya
mencapai 61,36%.
2)
Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar
berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menulis
permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing. Mereka
merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dalam
PBM hanya mencapai 69%.
3)
Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai
rata-rata 6,20.
4)
Masih ada kelompok yang belum bisa
menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota
kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5)
Masih ada kelompok yang kurang mampu
dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka pada
pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b) Siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya mengenai hal
itu, sebagai berikut.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus 2 didasarkan pada replanning siklus 1, yakni sebagai
berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat pembelajaran yang
lebih mudah dipahami oleh siswa.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan
tindakan siklus 2 didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)
Suasana pembelajaran sudah mengarah pada
proses belajar berdasarkan langkah-langkah teknik menulis
terbimbing. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling
membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)
Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
suatu presentasi dari kelompok lain.
3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sudah mulai tercipta.
c. Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil
observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2 menunjukkan perubahan yang
lebih baik daripada siklus 1. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 2 dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel
2
Aktivitas
Siswa dalam Kelompok pada Siklus 2
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
12
|
16
|
75
|
|
Hasanudin
|
13
|
16
|
81
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
11
|
16
|
69
|
|
Cut Nya Dien
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
11
|
16
|
69
|
|
Kartini
|
12
|
16
|
75
|
|
Dewi Sartika
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|
Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II

2)
Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM
pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus
1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3)
Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus 2
juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor
perolehan adalah 70 atau 70%.
4)
Hasil ulangan harian siklus 2 mengalami
peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Adapun
keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing.
Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang
diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas
siswa meningkat dari 69% pada siklus 1
menjadi 74% pada siklus 2.
2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas
guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah
pada langkah-langkah pembelajaran menulis
permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing. Guru
secara intensif membimbing siswa saat
mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi
aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada
siklus 2.
3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam
melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini
berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20
pada siklus 1 meningkat menjadi 7,00 pada siklus 2.
4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan
harian pada siklus 2 menjadi 6,53.
c) Siklus 3
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus 3 berdasarkan replanning siklus 2, yaitu sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing,
yang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami oleh siswa.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan
tindakan siklus 3 didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklus 2. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)
Suasana pembelajaran sudah lebih
mengarah pada langkah-langkah pembelajaran menulis
permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing. Tugas
yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik
mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling
membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2)
Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan
menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sudah lebih tercipta.
c. Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil
observasi selama siklus 3 dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM pada siklus 3 tertuang pada tabel
berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
14
|
16
|
88
|
|
Hasanudin
|
14
|
16
|
88
|
|
Imam Bonjol
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Patimura
|
13
|
16
|
81
|
|
Cut Nya Dien
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
13
|
16
|
81
|
|
Kartini
|
14
|
16
|
88
|
|
Dewi Sartika
|
14
|
16
|
88
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik 3
Perolehan Skor
Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III

2)
Hasil observasi siklus 3,
aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44
atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat
signifikan.
3)
Hasil evaluasi siklus 3,
penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini
menunjukkan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran tergolong tinggi.
4)
Hasil ulangan harian ketiga mengalami
peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada
siklus 1 dan pada siklus 2 6,53.
d. Refleksi (Reflecting)
Adapun
keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3, sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis
terbimbing. Siswa mampu
membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa
mulai mampu berpartisipasi dalam
kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal
ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus 2 menjadi 85%
pada siklus 3.
2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas
guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah
pada langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan
yang disajikan dengan menggunakan teknik menulis terbimbing.. Guru
intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat
dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus 2
menjadi 91% pada siklus 3.
3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi
terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada
siklus 2 meningkat menjadi 8,50 pada siklus 3.
4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan
harian dari 5,48 (ulangan harian siklus 1) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus
2) dan 7,33 (ulangan harian siklus 3).
d) Analisis Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menulis Permulaan Setelah Digunakan Teknik Menulis Terbimbing
Menganalisis
data peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis terbimbing setelah menempuh langkah-langkah teknik menulis terbimbing menunjukkan ada
perubahan yang signifikan. Perubahan dimaksud, sebagai berikut.
1.
Pada siklus 1, aktivitas siswa dalam kelompok
dinilai 69%. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa belajar menulis permulaan berdasarkan langkah-langkah teknik menulis terbimbing. Sangat mungkin terjadi sebagai dampak dari
guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan
kepada siswa bagaimana melakukan
pembelajaran menulis permulaan berdasarkan langkah-langkah teknik
menulis terbimbing, sehingga
masih
ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah
ditentukan, karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar,
dan masih ada kelompok yang kurang mampu
dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok. Meski demikian kondisi ini
dinyatakan lebih baik daripada aktivitas belajar siswa sebelum diberi perlakuan
(teknik menulis terbimbing). Seiring dengan
meningkatnya aktivitas belajar siswa pada
siklus 1, penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran pun meski masih
tergolong kurang, namun tetap mengalami peningkatan, yakni dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata
hanya mencapai 62 atau 62%.
2.
Pada siklus 2, aktivitas belajar siswa dalam PBM sudah mengarah ke langkah-langkah
pembelajaran menulis permulaan berdasarkan langkah-langkah teknik
menulis terbimbing. Siswa mampu
membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa
mulai mampu berpartisipasi dalam
kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas
siswa meningkat dari 69% pada siklus 1
menjadi 74% pada siklus 2. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus
2 tergolong sedang, yakni dari nilai
skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%. Sementara
berdasarkan hasil ulangan harian siklus 2 mengalami peningkatan yang sebelumnya
5,48 menjadi 6,53, yang berarti naik
1,05.
3.
Pada siklus 3, aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke langkah-langkah
pembelajaran menulis permulaan berdasarkan langkah-langkah teknik
menulis terbimbing. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok
untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan
tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal
ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus 2 menjadi 85%
pada siklus 3. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini
berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus 2 meningkat menjadi 8,50 pada
siklus 3. Selain itu meningkatnya hasil belajar siswa ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata nilai
ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus 1) menjadi 6,53 (ulangan harian
siklus 2) dan 7,33 (ulangan harian siklus 3).
H. Kesimpulan
Setelah membahas
hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil
simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai
berikut.
1.
Penerapan
teknik menulis terbimbing untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis permulaan menempuh tahapan strategis berikut: (1)
menyusun perencanaan pembelajaran menulis permulaan berdasarkan
langkah-langkah teknik menulis terbimbing; (2)
melaksanakan pembelajaran menulis permulaan sesuai
dengan rencana;
(3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti
hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar anak. Proses yang ditempuh
dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi
tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma
pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat
pula. Siswa menjadi aktif dan memahami
perannya sebagai apa dalam pembelajaran. Antarsiswa
bukan saja tampak merasa senang dan
antusias saat berbagi ide dan bertanya
jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya teknik menulis terbimbing diterapkan dengan menempuh tahapan
tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
|
2.
Penggunaan teknik menulis terbimbing, terbukti dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis permulaan. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningful learning),
potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan
sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif
dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal
ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya,
hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh proses akitivitas belajar
secara terlatih ini, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus 1 hanya
rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus 2,
dan 85% pada siklus 3. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus 1
mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus 2 dan 7,33 pada siklus 3. Melalui
langkah-langkah teknik menulis terbimbing, siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah
dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa,
baik secara individu maupun kelompok.
I.
Daftar Pustaka
|
Abdurrahman, M.dan Bintaro, T. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problem Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Anam, K. 2000. Implementasi
Cooperative Learning. Bandung: Rosda Karya.
Arens, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc. Graw Hill.
Coles, Robert. 1997. The Moral Intelligence of Children. New York: Random House, in.
Garder, Howard. 1993. Multiple Intellegence. New York: Basic Books Harper Collins Publ.
Inc.
Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intellegence. New York: Bantam Books.
Jonson, D.W. dan Jonson, R. 1991. Cooperative Learning Lesson Strukctures.
Edina, M.N:
Interaction Book Company.
Johnson, R. dan Smith, K. 1991. Active Learning Cooperation in The College Classroom. Edina, M.N:
Interaction Book Company.
Lie, A. 1999. Metode
Pembelajaran Gotong Royong. Surabaya: Citra Media.
........... 2000. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurhadi. 2002. Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta:
Depdiknas.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative
Learning Theory and Practice. Boston: Allin and Bacon.
Hotels near Harrah's Philadelphia Casino and Racetrack
BalasHapusHotels 1 - 12 보령 출장샵 of 63 — Looking for hotels near Harrah's 여주 출장마사지 Philadelphia Casino and Racetrack 춘천 출장마사지 in Chester, 여수 출장샵 PA near Harrah's Philadelphia 충청남도 출장안마 Casino and Racetrack? Search online for hotels