Rabu, 16 Oktober 2013

PENGGUNAAN METODE PENUGASAN PLUS CERAMAH DAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis TahunPelajaran 2010/2011


A.    Judul
PENGGUNAAN METODE PENUGASAN PLUS CERAMAH DAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA  (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis TahunPelajaran 2010/2011
B.     Nama Penulis
TUTI ROHANIATI, S.Pd. SD
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Kemampuan Menulis Kalimat SederhanaMelaluiMetode Penugasan Plus Ceramah dan Diskusi           
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran kemampuan menulis kalimat sederhana siswa dapat ditingkatkan melaluimetode penugasan plus ceramah dan diskusi yang telah dilakukan guru dan siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.Kesenjangan dimaksud, yakni sebagian besar siswa kurang belajar secara aktif yang berdampak pada hasil belajarnya kurang mencapai tingkat kemampuan yang diinginkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode yang kurang tepat.Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan metode belajar kelompok.Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaituApakah pengunaan metode penugasan plus ceramah dan diskusi dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsari? Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam tiga siklus.Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan metode belajar kelompok dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana siswa dapat ditingkatkan melaluimetode penugasan plus ceramah dan diskusi.

D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah

Pembelajaran menulis permulaan pada siswa kelas rendah, seperti di kelas I Sekolah Dasar bertujuan untuk membekali siswa dengan aneka kemampuan menulis permulaan, seperti halnya menulis kalimat sederhana.Membelajarkan siswa agar beroleh kemampuan ini dengan benar, nyata tidaklah mudah.Susahnya mengantarkan siswa untuk sampai pada kemampuan tersebut disebabkan oleh banyak faktor strategis. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, misalnya, akan berdampak pada proses belajar siswa menjadi tidak terarah. Akibatnya, hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan.
            Proses belajar siswa dalam menulis kalimat sederhana harus ditopang dengan metode yang tepat. Dalam memenuhi tuntutan ini seringkali diabaikan guru dengan berbagai alasan yang tidak etis. Padahal ini merupakan bagian dari tugas utamanya sebagai fasilitator bagi berlangsungnya proses belajar siswa secara bermakna. Dalam pada itu, diperparah oleh faktor strategis lainnya yang kurang menunjang, seperti sumber belajar yang terbatas dan kurang layak pakai, kondisi kelas yang memprihatinkan, kebiasaan mengelola KBM yang kurang bermutu, dan sebagainya.Kondisi yang memprihatinkan ini kerap menjadi bahan diskusi para guru di SD Negeri 1 Mekarsari.Namun kendati pun hal itu sering didiskusikan, tetap tidak menemukan jalan keluar segera yang implementatif.
          Bukti kurang berhasil proses pembelajaran menulis kalimat sederhana di kelas I SD Negeri 1 Mekarsari terungkap melalui evaluasi yang menunjukkan sebagian besar atau 80% siswa mendapat kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan indikator hasil belajar yang diharapkan. Apabila masalah ini tidak segera dapat di atasi, tentunya bisa menghambat proses belajar siswa dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis lebih lanjut.
Untuk mengatasi masalah tersebut tidak sedikit upaya yang dapat dilakukan oleh guru.Salah satu dari upaya yang dipandang sebagai solusinya, adalah menerapkan metode penugasan plus ceramah dan diskusi.Menurut Trianto (2010:135) “Metode penugasan plus ceramah dan diskusi merupakan perpaduan serasi dalam seni membelajarkan siswa agar lebih mudah memahami dan bahkan menguasai materi ajaran yang tengah dipelajari”.Guna membuktikan efektivitas metode ini dalam mengatasi masalah yang dihadapi guru pada saat membelajarkan siswa dalam menulis kalimat sederhana, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran menulis kalimat sederhana  dengan menggunakan  metode penugasan plus ceramah dan diskusi. Besar harapan melalui upaya ini kemampuan siswa binaan yang sebelumnya kurang menjadi meningkat pada tataran yang lebih baik dan bahkan sesempurna target yang diinginkan.

b.      Identifikasi dan Rumusan Masalah
a)      Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai berikut.
1.      Memenuhi tuntutan pembelajaran menulis kalimat sederhana dirasakan tidak mudah oleh sebagaian besar siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsari.
2.      Tidak sedikit faktor strategis yang telah menyebabkan proses pembelajaran menulis kalimat sederhana kurang berhasil mengantarkan siswa pada taraf kemampuan yang diharapkan, salah satunya adalah cara membelajarkan siswa yang dilakukan guru  kurang tepat.
3.      Dampak dari proses pembelajaran menulis kalimat sederhana yang kurang dikelola secara profesional oleh guru, selain kesulitan bagi siswa juga hasil belajarnya tidak seperti yang diharapkan.
b)     Rumusan Masalah
              Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah pengunaan metode penugasan plus ceramah dan diskusi dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana pada siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsari?”

c.       Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang diupayakan melalui penelitian tindakan kelas ini adalah mengelola pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi.Upaya tersebut ditempuh dalam tiga siklus. Setiap siklus menempuh empat tahapan layaknya penelitian tindakan kelas, yakni perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana (acting), pengamatan terhadap jalannya proses tindakan (observing), dan merefleksi proses dan hasil tindakan (reflecting).
d.      Tujuan Penelitian
Bagi guru maupun siswa melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mencapai tujuan berikut.
1.      Meningkatnya kemampuan guru pelaksana tindakan dalam mengelola kegiatan belajar mengajar menulis kalimat sederhana.
2.      Meningkatnya kemampuan siswa yang dikenai tindakan dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis kalimat sederhana.
e.       Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus.Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).Melalui ketiga siklus penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis kalimat sederhana.Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Kemampuan siswa dalam menulis kalimat sederhana meningkat setelah mengikuti pembelajaran ini berdasarkan langkah-langkah metode penugasan plus ceramah dan diskusi”.

E.     Kajian Pustaka
a.      Pembelajaran Menulis Permulaan Kalimat Sederhana
          Keberhasilan pembelajaran menulis permulaan sangat ditentukan pleh proses pembelajarannya. Seperti kita ketahui, kemampuan menulis permulaan dapat dicapai dengan latihan dan bimbingan yang intensif.Dalam hal ini peranan guru sangat menentukan. Guru harus memiliki kemampuan menulis yang baik, di samping itu harus mampu mengelola pembelajarannya dengan benar agar bermakna bagi peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan di Sekolah Dasar, terutama di kelas I tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran membaca permulaan, walaupun keduanya merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif  (Supriatna, 2002:157). 
6
         Menurut Supriatna (2002:157), kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses ilmiah, yakni proses belajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, siswa harus dilatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakan tangannya dengan memperhatikan apa yang harus dituliskan. Siswa harus dilatih mengamati lambang bunyi itu, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu, sampai menuliskan dengan benar.Agar bermakna, proses belajar menulis permulaan ini dilaksanakan setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf itu.
         Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam membelajarkan siswa pada tahap menulis permulaan. Namun seperti halnya dalam membaca permulaan, dalam menulis permulaan digunakan dasar metode SAS (Struktur Analisis Sintetik).Bahan yang diberikan mengadung makna dan titik tolak dari pengalaman siswa.Pembelajaran dimulai dengan struktur bahasa yang bermakna, yaitu kalimat, kemudian unsur-unsur dianalisis dan disintesiskan menjadi struktur kembali. Tidak dibenarkan mengajarkan nama huruf seperti lazimnya digunakan dalam matode eja.
Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan dimaksud, sebagai berikut.Pada tahap persiapan, siswa dilatih bagaimana memegang alat tulis yang benar.Sebaiknya pada tahap permulaan digunakan pensil dan penghapus. Bagitu pula, siswa perlu dilatih bagaimana cara meletakan buku tulis. Barulah setelah itu dilatih bagaimana menggerakkan tangan ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri.Berdasarkan ini, kita mencoba memahami tarikan pensil setiap siswa.Tentu ada goresan yang halus dan ada yang kasar dan tajam.Goresan-goresan ini dapat membantu guru dalam mengajarkan menulis permulaan (Abdulhak, 2002:158).
Tahap berikutnya adalah menulis pola kalimat sederhana. Guru memperkenalkan satu kalimat sederhana, dengan kata-kata yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok secara rapi dan jelas. Di bawah huruf balok ditulis kalimat huruf tegak bersambung.Gunakanlah buku tulis tanpa menggunakan garis penolong.Siswa dilatih menulis kalimat sederhana dengan menjiplak contoh yang diberikan guru.
Contoh:
ini nana
ini nana
ini nani
ini nana
ini nana
ini nana
ini nana
ini nana 

Walaupun pada prakteknya kita mendapat tulisan yang tidak menentu bentuknya, namun siswa telah berlatih huruf-huruf tertentu dalam sebuah kalimat. Latihlah kalimat sederhana ini berulang-ulang, sehingga lama-kelamaan tentu kita akan menjumpai perubahan bentuk. Dan, jangan lupa pada prinsipnya pada tahap ini siswa baru dilatih menjiplak.
Kemudian lanjutkan dengan menulis kata ini dan nana beberapa baris, seperti pada contoh berikut.
i-nina-na
i-nina-na
i-nina-na
i-nina-na
i-nina-na
i-nina-na

Langkah selanjutnya menulis kalimat baru hasil sintesis suku kata. Mula-mula ajaklah siswa menulis suku-suku kata yang mengandung huruf-huruf yang akandiajarkan. Mula-mula persambungan, kemudian dekatkan kembali.Latihan ini bertujuan supaya siswa menulis secara jelas suku kata.
Contoh:
ini nana
ini nana
ini nana
ini nana
ini nana
Jangan lupa pola kalimat di atas dilatih berulang-ulang sampai lancar.Langkah berikutnya adalah siswa dilatih menuliskan masing-masing huruf yang terdapat dalam kalimat sederhana di atas.
Contoh:

i   n  i
i   n  i
Kemudian siswa dilatih menggabungkan penulisan huruf-huruf menjadi suku kata, kata, dan kalimat.
Contoh:
i  ni         na-na
ini nana
ini nana
           Jika siswa lancar menuliskan kalimat sederhana di atas, lanjutkan dengan pola kalimat sederhana yang lain yang mengandung huruf-huruf yang akan diajarkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Latihlah sampai tulisan siswa cukup terang dan jelas.Contoh kalimat dapat diperluas dengan memperhatikan huruf-huruf yang sudah dikenal siswa.
          Untuk memperbaiki bentuk tulisan siswa, sekali-kali siswa disuruh menjiplak tulisan yang sudah disediakan, misalnya lima kalimat sederhana. Sesudah itu biarkan siswa meniru kembali apa yang sudah dijiplaknya. Supaya lebih menarik.Contoh-contoh kalimat dapat diberi warna-warni.
Secara garis besarnya, langkah-langkah yang ditempuh untuk memperbaiki tulisan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)  Menjiplak tulisan tegak bersambung tanpa garis penghubung.
Contoh:
ini   nana
ini    nana
ini    nana
ini   nana
ini   nana
2)      Menjiplak tulisan tegak bersambung dengan memperhatikan jarak huruf dan kata.
Contoh:
ini   nana
ini    nana
ini    nana
ini   nana
ini   nana
3)      Menjiplak dengan memperhatikan jarak dan tinggi huruf mempergunakan garis penolong.
     Contoh:
ini pena mama
inipena  mama
ini pipa bapak
ini  pipa bapak
mana ema bu
mana ema bu
ini pipi ibu
ini pipi ibu
Walaupun tujuan permulaan ini menitikberatkan pada kemampuan menulis dengan tulisan yang terang dan jelas, namun jangan lupa, setiap tulisan disuruh anak membacanya kembali.Ingat pembelajaran membaca dengan menulis harus sejalan.
Begitulah seterusnya sampai semua huruf dapat ditulis oleh siswa.Tetapi ingat, semuanya disajikan dalam bentuk kalimat (metode SAS). Contoh kalimat yang ada dalam kurikulum dapat saja kita ubah asal mengandung huruf yang akan diajarkan. Begitu juga dengan penulisan huruf capital, kata yang berawalan dan berakhiran, diftong, tanda baca, dan lain-lain itu dapat dimiliki dengan latihan dan bimbingan yang intensif.
b.      Metode Penugasan Plus
Metode penugasan plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode penugasan digabung dengan metode lainnya (Trianto, 2010:135).Lebih lanjut dikemukakan, ada tiga macam metode penugasan plus, seperti dijelaskan berikut.
1.      Metode penugasan plus ceramah, dan tanya jawab
           Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara penugasan, ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode campuran ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu:
1)      penyampaian materi oleh guru;
2)      pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa;
3)      pemberian bahan latihan kepada siswa;
4)      pemberian bahan tugas kepada siswa.

2.      Metode penugasan plus ceramah, dan diskusi
           Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan aturan pengombinasiannya, yaitu:
1)      guru menguraikan materi pelajaran;
2)      guru membentuk kelompok diskusi;
3)      guru memberikan bahan tugas.
3.      Metode penugasan plus ceramah, demonstrasi, dan latihan
Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).
c.       Arti Masing-masing dan Langkah-langkah Metode Penugasan Plus Ceramah, dan Diskusi

1.      Metode Tugas
Metode tugas dapat dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.Tugas dapat merangsang siswa untuk aktif belajar, baik secara individu maupun kelompok.Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individu atau dapat pula secara kelompok.
(1)   Jenis-jenis tugas
Tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (tulis/lisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di labolatorium, dan lain-lain.
(2)   Langkah-langkah menggunakan metode tugas
a.       Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
a)      tujuan yang akan dicapai;
b)      jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan tersebut;
c)      sesuai dengan kemampuan siswa;
d)     ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa;
e)      sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b.      Fase pelaksanaan tugas
a)      diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru;
b)      diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja;
c)      diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain;
d)     dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c.       Fase pertanggungjawaban tugas
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini, antara lain:
a)      laporan siswa baik lisan/tulisan dari apa yang telah dikerjakannya;
b)      ada tanya jawab/diskusi kelas;
c)      penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.
2.      Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini, seperti dijelaskan berikut.
(1)   Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a.       Tujuan yang hendak dicapai.
b.      Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumbernya yang tersedia.
c.       Jumlah siswa beserta taraf kemampuannya.
d.      Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara.
e.       Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu.
f.       Situasi pada waktu itu.
(2)   Langkah-langkah menggunakan metode ceramah. Pada umumnya tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni: persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan kesimpulan. Langkah-langkah metode ceramah yang diharapkan adalah sebagai berikut.
a.       Tahap persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.
b.      Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah.
c.       Tahap asosiasi (komparasi), artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan/disediakan tanya jawab dan latihan.
d.      Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah, umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceramahkan.
e.       Tahap aplikasi/evaluasi. Tahap terakhir ini diadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru. Evaluasi bisa dalam bentuk lisan, tulisan, tugas, dan lain-lain.
          Perlu diperhatikan, bahwa ceramah akan berhasil baik bila didukung/dibantu oleh metode-metode yang lain, misalnya tanya jawab, tugas, latihan, dan lain-lain.
3.      Metode Diskusi
Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu, diskusi bukan debat, karena debat adalah perang mulut; orang beradu argumentasi, beradu paham, dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri.
Dalam diskusi, tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Dengan sumbangan tiap orang, kelompok diharapkan akan maju dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai pada paham terakhir sebagai hasil karya bersama.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode diskusi, sebagai berikut.
(1)   Persiapan/perencanaan diskusi
a.       Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.
b.      Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
c.       Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas.
d.      Waktu dan tempat diskusiharus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
(2)   Pelaksanaan diskusi
a.       Membuat struktur kelompok.
b.      Membagi-bagi tugas dalam diskusi.
c.       Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi.
d.      Mencatat ide-ide/saran-saran yang penting.
e.       Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.
f.       Menciptakan situasi yang menyenangkan.
(3)   Tindak lanjut diskusi
a.       Membuat hasil-hasil/kesimpulan dari diskusi.
b.      Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya.
c.       Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.
F.     Metodologi Penelitian
a.      Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri 1 Mekarsari. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I yang berjumlah 30 orang siswa, yang terdiri atas 14 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 16 orang siswa berjenis kelamin perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011, tepatnya mulai bulan September sampai dengan awal November 2010.
b.      Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini, di antaranya observasi langsung, wawancara terstruktur, tes tulis, dan diskusi.
1.      Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data tentang setiap gejala perubahan selama proses pembelajaran menulis permulaan kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi, disesuaikan dengan konsep atas indikatornya, baik yang berkaitan dengan aktivitas guru maupun siswa selama proses tersebut sedang berlangsung.
2.      Wawancara langsung digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran menulis permulaan kalimat sederhana dengan menggunakanmetode penugasan plus ceramah dan diskusi.
3.      Tes tulis digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa dalam menulis kalimat sederhana.
4.      Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator digunakan untuk memperoleh data hasil refleksi setiap siklus PTK.
c.       Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam pembelajaran, perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu teknik analisis data yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh, dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menunjukkan tingkat kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, dan juga untuk mengetahui resfon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitasnya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan caramengadakan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut ini.
1.      Penilaian tugas dan tes
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, untuk selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa, sehingga diperoleh nilai rata-rata.
2.      Penilaian untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, peneliti menganggap bahwa pembelajaran menulis permulaan kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan siswa jika siswa mampu menulis kalimat sederhana sesuai dengan tuntutan dan memenuhi ketuntasan belajar minimal 75% dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam lima kategori.
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi.Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan ulang dalam siklus selanjutnya.Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan metode pembelajaran yang tepat.
Tabel 3.1
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %
Tingkat Keberhasilan (%)
Arti
>80%
Sangat Tinggi
60-79%
Tinggi
40-59%
Sedang
20-39%
Rendah
<20%
Sangat Rendah
d.      Prosedur Penelitian
1.      Rincian Prosedur Penelitian
1)      Rencana Tindakan
Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Mekarsari, tepatnya di kelas I pada tahun pelajaran 2010/2011.Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama dua setengah bulan, mulai bulai September minggu kedua hingga awal November 2010.
Untuk itu diperlukan rencana tindakan yang terorganisasikan.Rencana tindakan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Membuat skenario pembelajaran menulis permulaan kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi.
(2)   Membuat jadwal kunjungan kelas dan pertemuan mingguan.
(3)   Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan, kegiatan monitoring, perangkat tes, dan membuat catatan awal.
(4)   Membuat alat bantu mengajar.
2)      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan berfokus pada hal-hal sebagai berikut.
(1)   Aktivitas siswa dengan siswa pada saat kerja kelompok.
(2)   Aktivitas siswa pada waktu menjawab pertanyaan.
(3)   Aktivitas siswa pada waktu mengerjakan tugas.
(4)   Aktivitas siswa dengan guru sewaktu siswa diminta untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
3)      Observasi
Observasi dilakukan secara langsung dengan berpegang pada pedoman observasi.Hal-hal yang diobservasi, meliputi rangkaian pembelajaran yang sedang berlangsung, seperti berikut.
(1)   Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
(2)   Guru memberi bahan penugasan kepada siswa.
(3)   Mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan.
(4)   Melaksanakan analisis terhadap hasil evaluasi.
4)      Perefleksian
             Proses refleksi dalam setiap siklus penelitian, menempuh prosedur berikut.
(1)   Kegiatan refleksi diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi.
(2)   Merevisi soal-soal yang masih dianggap sulit oleh siswa.
(3)   Mengatur kembali beberapa anggota kelompok yang tidak cocok dengan kelompoknya.
(4)   Memberi solusi untuk mengatasi masalah siswa.
(5)   Kegiatan
    2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan kalimat sederhana dengan menggunakanmetode penugasan plus ceramah dan diskusi, dilaksanakan dalam 2 siklus.
G.   

Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
Untuk menyajikan data dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas, berikut disajikan secara berurutan sesuai dengan siklusnya.
1.      Deskripsi Hasil Observasi Siklus I
Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa penerapan strategi penyajian bahan pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi pada siklus I difokuskan pada penugasan individual.Jadi, dalam pelaksanaan tindakan kelas ini, siswa diminta untuk mengerjakan tugas tersebut secara perorangan dengan bimbingan guru bagi yang memerlukannya.
1)      Hasil Observasi Pertemuan I
32
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan I dihadiri oleh 30 siswa.Hasil pengamatan terhadap penugasan menulis kalimat sederhana yang diberikan kepada siswa, diketahui bahwa waktu 35 menit yang disediakan untuk mengerjakan tugas tersebut ternyata tidak cukup untuk menyelesaikannya.Bahkan, waktu 15 menit berikutnya, yang semula disediakan untuk diskusi kelas, digunakan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.Dengan demikian, scenario pembelajaran yang direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tertulis tidak berlangsung seperti yang dikehendaki.
Hasil pengamatan guru terhadap keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas menulis kalimat sederhana dapat diketahui. Hamper semua siswa aktif mengerjakan dengan serius walaupun yang sudah mencoba mengerjakan seluruh kegiatan sekitar 26 orang siswa (86,7%) dan hanya 4 orang siswa (13,3%) yang belum menyelesaikan semua kegiatan. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan yang dilakukan siswa diketahui bahwa belum bekerja sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam menulis kalimat sederhana.
2)      Hasil Observasi Pertemuan II
Pelaksanaan  tindakan kelas pada pertemuan II dihadiri oleh 29 orang siswa dari 30 orang siswa di kelas itu. Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan II, guru tidak lagi memberikan tugas kepada siswa yang tidak sesuai dengan pemahamannya dalam menulis kalimat sederhana.Dalam pada itu, guru memberikan pengarahan dan bimbingan seperlunya terhadap kesulitan siswa.Berdasarkan rekaman hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh guru, diketahui bahwa seluruh siswa lebih antusias dan konsentrasi mengerjakan tugas menulis kalimat sederhana. Walaupun demikian, masih dijumpai siswa yang belum mengerti apa yang harus dilakukan guna memenuhi tuntutan tugas. Berkat bimbingan dan arahan guru, akhirnya siswa tersebut dapat mengerti terhadap tugasnya.
Berkaitan dengan waktu yang disediakan untuk mengerjakan tugas menulis kalimat sederhana (dalam kegiatan inti pembelajaran), yaitu 40 menit, ternyata siswa belum bisa menyelesaikan seluruh kegiatan yang tercantum dalam rincian kegiatan. Itu sebabnya guru terpaksa menambah waktu untuk menyelesaikan tugas yang tersisa. Waktu tersebut semula akan digunakan untuk kegiatan diskusi kelas, guna membahas hasil pekerjaan siswa dalam menulis kalimat sederhana, sesuai dengan tuntutan yang ditugaskan. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa masih belum terbiasa menulis kalimat sederhana dengan pertanyaan terstruktur dengan cepat, sehingga mereka kesulitan mengerjakannya. Dari seluruh siswa, hanya 3 orang siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam menyelsaikan tugas menulis kalimat sederhana, sedangkan sisanya tampak sangat konsentrasi terhadap rincian kegiatan yang harus diselesaikan walaupun hanya 2 orang siswa yang dapat menyelesaikan tugasnya secara tuntas.

2.      Deskripsi Hasil Observasi Siklus II
Jika pada siklus I penugasan menulis kalimat sederhana dengan pertanyaan terstruktur ditujukan untuk dikerjakan secara perseorangan, pada siklus II ini penugasan menulis kalimat sederhana ditujukan untuk dikerjakan secara berkelompok.
1)      Hasil Observasi Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan Iini dihadiri oleh 30  orang siswa. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 5 orang siswa, karena tugas yang diberikan penyelesaiannya perlu didiskusikan.Karakteristik menulis kalimat sederhana ini adalah sebelum siswa berdisikusi secara kelompok, siswa terlebih dahulu menuliskan pendapat pribadinya untuk kemudian didiskusikan sampai dihasilkan pendapat atau kesepakatan kelompok.Dari 2 pendapat pribadi dan pendapat kelompok yang dihasilkan, kemudian dibandingkan antara keduanya sehingga diketahui siswa mana yang dominan dapat mempengaruhi kesepakatan kelompok.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suasana kelas menjadi ramai karena terdapat 6 kelompok yang secara bersamaan melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing. Dinamika kelompok sangat tampak terutama berkaitan dengan bagaimana seorang siswa dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya, sehingga sampai menit ke 60 hanya 4 kelompok yang berhasil menyelesaikan tugasnya secara tuntas, termasuk menulis kalimat sederhana. Sebaliknya, 2 kelompok lainnya sudah berusaha dengan keras namun masih belum tuntas menyelesaikan seluruh tugas. Dari kerasnya perbedaan pendapat yang terjadi di antara siswa, diskusi kelas yang direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tertulis belum dapat dilaksanakan berhubung waktu yang tersisa kurang memungkinkan untuk melaksanakan diskusi, walaupun pengambilan kesimpulan akhir masih sempat dilakukan oleh guru.
2)      Hasil Observasi Pertemuan II
Pelaksanaan siklus II pertemuan II dihadiri oleh 30 orang siswa.Berdasarkan jumlah siswa yang hadir tersebut dibentuk 6 kelompok yang terdiri atas 5 orang siswa.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru diketahui bahwa hampir semua kelompok sangat aktif melakukan diskusi kelompok agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.Hanya saja terdapat 1 kelompok siswa yang tampak kurang bergairah dan pasif dalam berdiskusi. Sesuai waktu yang direncanakan, khususnya untuk menyelesaikan tugas menulis kalimat sederhana, ternyata hampir semua kelompok dapat menyelesaikan tugasnya secara tuntas, maka sesi diskusi kelas yang direncanakan dapat  terselenggarakan. Dalam diskusi kelas tersebut, 4 kelompok telah membahas hasil diskusi kelompoknya karena waktu yang tersedia tidak banyak. Berdasarkan hasil pengamatan guru terhadap diskusi kelas yang telah berlangsung, diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum berani mengemukakan pendapatnya,  baik berupa tanggapan maupun kritik terhadap kelompok lain
3.      Deskripsi Hasil Tes dan Hasil Angket
            Dalam rangka melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian, peneliti telah melancarkan dua kali tes, yaitu tes kemampuan awal (prates) dan tes kemampuan akhir (pascates). Selain pengukuran berupa tes, dalam penelitian tindakan kelas ini pun telah disebarkan angket atau kuesioner balikan siswa yang memuat tentang penilaian dan persepsi siswa serta ditambah dengan tanggapan dan saran-sarannya terhadap perubahan strategi penyampaian bahan yang mengaktifkan siswa. Untuk mengetahui hasil pengukuran tersebut, berikut disajikan datanya.
1)      Hasil Tes Awal (Prates)
Pelaksanaan tes kemampuan awal ini telah dihadiri oleh 30 orang siswa. Skor yang diperoleh berkisar dari skor terendah 22 sampai yang tertinggi 75 dengan rata-rata skor berkisar 44,78. Berdasarkan hasil pengukuran awal ini dapat diketahui bahwa rata-rata siswa memang masih belum menguasai materi yang akan diajarkan, yaitu menulis kalimat sederhana dengan menggunakanmetode penugasan plus ceramah dan diskusi.
2)      Hasil Tes Akhir (Pascates)
Adapun pelaksanaan tes kemampuan akhir siswa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2010 yang diikuti oleh sejumlah 30 orang siswa. Hasil tes yang dicapai oleh siswa tersebut diketahui berkisar antara 52,5 yang terendah, sampai 82,5 yang tertinggi, dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 66,5. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa secara umum siswa telah menunjukkan prestasi belajarnya dengan cukup baik setelah mengikuti proses pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi.
Apabila hasil tes kemapuan yang diperoleh siswa dibandingkan dengan tes prestasi belajarnya, sebagian besar siswa menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik.Dengan demikian, perubahan atau penerapan strategi penyampaian yang menekankan pada aktivitas siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3)      Hasil Angket Siswa
Angket yang diberikan kepada siswa hanya dapat diisi oleh siswa yang mengikuti tes kemampuan akhir (pascates) saja karena lembar angket ini menjadi satu dengan lembar tes belajar siswa.Untuk mengetahui data hasil angket tersebut, berikut disajikan laporannya.
(1)   Pertanyaan nomor 1
           Pertanyaan ini meminta siswa untuk menjawab tentang seberapa menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi yang harus dikerjakan secara individu. Jika menjawab sangat menyenangkan diberi skor 4, agak menyenangkan diberi skor 3, agak membosankan diberi skor 2, dan sangat membosankan diberi skor 1. Berdasarkan hasil angket yang telah dikumpulkan, diketahui bahwa rata-rata skor jawaban siswa adalah 2,67. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar siswa cenderung merasa agak menyenangkan apabila proses pembelajaran menulis kalimat sederhana dikerjakan secara individu.
(2)   Pertanyaan nomor 2
Di sini siswa diharapkan menjawab pertanyaan tentang sulit atau mudahnya materi pelajaran menulis kalimat sederhana harus dikerjakan secara perseorangan.Jika siswa menjawab sangat sulit diberi skor 4, agak sulit diberi skor 3, agak mudah diberi skor 2, dan sangat mudah diberi skor 1. Berdasarkan data hasil angket yang telah dikumpulkan dapat diketahui bahwa rata-rata skornya adalah 2,57. Bertolak dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa sebagian besar siswa menganggap cenderung terasa agak sulit apabila dikerjakan secara perseorangan.
(3)   Pertanyaan nomor 3
           Pertanyaan ini meminta siswa untuk menjawab tentang seberapa menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran menulis kalimat sederhana yang harus dikerjakan secara berkelompok (berdiskusi). Jika menjawab sangat menyenangkan diberi skor 4, agak menyenangkan diberi skor 3, agak membosankan diberi skor 2, dan sangat membosankan diberi skor 1. Berdasarkan hasil angket yang telah dikumpulkan, diketahui bahwa rata-rata skor jawaban siswa adalah 3,63. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar siswa cenderung merasa sangat menyenangkan apabila proses pembelajaran menulis kalimat sederhana dikerjakan secara kelompok (diskusi).
(4)   Pertanyaan nomor 4
Di sini siswa diharapkan menjawab pertanyaan tentang sulit atau mudahnya materi pelajaran menulis kalimat sederhana harus dikerjakan secara kelompok (berdiskusi).Jika siswa menjawab sangat sulit diberi skor 4, agak sulit diberi skor 3, agak mudah diberi skor 2, dan sangat mudah diberi skor 1. Berdasarkan data hasil angket yang telah dikumpulkan dapat diketahui bahwa rata-rata skornya adalah 1,52. Bertolak dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa sebagian besar siswa menganggap cenderung terasa sangat mudah apabila dikerjakan secara kelompok (berdiskusi).
4.      Deskripsi Temuan Hasil Tindakan
Untuk menyajikan temuan yang diperoleh setelah implementasi tindakan, di bawah ini disampaikan temuan utama san temuan sampingan.Temuan utama merupakan temuan yang menyangkut masalah yang diteliti, sedangkan temuan sampingan merupakan temuan ikutan selain temuan utama namun sangat urgen untuk diungkap dalam rangka studi tindak lanjut.
1)      Temuan Utama
Sesuai dengan masalah yang diteliti, ada 2 temuan utama dari PTK ini, yakni sebagai berikut.
(1)   Siswa menjadi lebih serius dan konsentrasi atau dengan kata lain minatnya menjadi meningkat terhadap jalannya proses pembelajaran menulis kalimat sederhana yang disajikan dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi.
(2)   Walaupun nilainya tidak begitu besar, siswa berhasil mengalami peningkatan prestasi belajarnya atau paling tidak telah menunjukkan prestasi belajar yang baik setelah mengikuti proses pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan menggunakan metode penugasan plus ceramah dan diskusi.
Temuan yang kesatu tersebut ditandai dengan terlihatnya hampir semua siswa lebih perhatian terhadap rincian kegiatan yang harus dilakukannya dalam rangka menyelesaikan tugas menulis kalimat sederhana. Selain itu, baik frekuensi maupun intensitas respon dari siswa terhadap apa yang dirasa kesulitan tampak semakin tinggi disbanding acara tatap muka sebelumnya yang menggunakan metode konvensional. Walaupun demikian, masih dijumpai segelintir siswa yang kurang begitu antusias dan bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung, tetapi setelah dicermati dengan seksama, ternyata siswa tersebut memang sejak semula kurang memiliki motivasi yang baik terhadap mata pelajaran apa pun. Dengan demikian, temuan yang kesatu cukup memiliki bukti berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pada penemuan yang kedua dapat dibuktikan dengan hasil tes prestasi yang telah dilakukan, terlihat seluruh siswa memperoleh skor di atas 50 untuk skala 100.Berdasarkan indicator tersebut wajar apabila dikatakan bahwa perubahan metode pelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa melalui penugasan menulis kalimat sederhana dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2)      Temuan Sampingan
Setelah melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap implementasi tindakan, ditemukan adanya beberapa hal sebagai berikut.
(1)   Siswa belum bisa mengerjakan tugas menulis kalimat sederhana tanpa campur tangan dan bimbingan dari guru. Hal ini dimungkinkan oleh kurangnya kemampuan kosakata.
(2)   Siswa belum bisa mengambil intisari dari media yang digunakan sebagai bahan menjawab suatu persoalan atau untuk mengambil suatu keputusan. Temuan ini didasarkan siswa yang terlalu dibiasakan oleh guru untuk menerima apa adanya dari setiap informasi atau penjelasan guru. Hal ini menyebabkan mereka kurang memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan potensi kemampuan analisisnya. Oleh sebab itu, siswa terbuai dengan hanya menerima dan merasa enggan atau canggung untuk berusaha mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk menjawab persoalan maupun mengambil suatu keputusan.
(3)   Siswa cenderung lebih menyukai untuk mengerjakan suatu tugas pekerjaan secara berkelompok atau berdiskusi disbanding dengan cara perseorangan (individu). Temuan 1 ini dapat dipergunakan sebagai indicator masih kurang percaya dirinya siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh masih rendahnya kebutuhan berprestasi (need for achievement) dari siswa secara individu, serta masih kurangnya para guru melatih dan memberikan motivasi berprestasi terhadap siswa.
(4)   Siswa masih kurang bisa memanfaatkan waktu yang tersedia secara efisien untuk melakukan sesuatu tugas pekerjaan. Salah satunya adalah pengelolaan waktu. Kurangnya dalam hal pengelolaan waktu bagi siswa akan mempengaruhi pembentukan karakter dan budaya kerja siswa. Padahal, karakter dan budaya kerja ini dibutuhkan oleh siswa nanti setelah mereka dewasa. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kebiasaan dan lingkungan mereka tinggal. Termasuk, motivasi dari guru untuk selalu mengingatkan betapa pentingnya mengelola waktu secara efisien agar tidak selalu ketinggalan momentum terhadap meraih setiap peluang yang ada.
b.      Pembahasan
          Untuk melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, berikut ini akan dikupas dan dibahas khususnya yang berkaitan dengan temuan utama sesuai dengan permasalahan penelitian yang sedang diteliti.

1.      Pembahasan Temuan I
Temuan yang diperoleh yaitu penerapan strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dapat meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran. Temuan ini memberikan jawaban terhadap hipotesis tindakan yang dikemukakan pada bab I. dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi tindakan perubahan strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dapat berhasil mengatasi masalah rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran, khususnya bahasa Indonesia (menulis).
            Sebagaimana telah kita ketahui bahwa minat seseorang terhadap sesuatu mata pelajaran akan mempengaruhi untuk belajar dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Gie (Aqib, 2009:54), bahwa suatu mata pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si pelajar dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran itu.Sebaliknya, perhatian seseorang terhadap sesuatu merupakan salah satu unsure dari minat. Dengan kata lain di dalam minat itu sendiri mengandung perhatian sebagai salah satu indikatornya. Hal ini sesuai dengan pendapat Walgito (2009:72) yang mengemukakan tentang pengertian minat sebagai berikut “Minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan  mempelajari lebih lanjut”.
            Di sisi lain, kaitan antara minat dengan penerapan strategi pembelajaran dapat dijelaskan bahwa penerapan metode penugasan plus ceramah dan diskusi  khususnya dalam menulis kalimat sederhana, baik secara individual maupun kelompok dapat memungkinkan perhatian siswa terpusat pada rincian kegiatan atau tugas dan selalu berinteraksi secara aktif atau dengan pedoman kerja atau langkah-langkah aktivitas. Dengan kualitas dan intensitas interaksi tersebut, minat siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi meningkat pula. Minat terhadap suatu mata pelajaran sangat dipengaruhi oleh seberapa besar siswa dilibatkan dalam proses belajar mengajarnya. Sebab, jika siswa kurang dilibatkan, siswa akan cenderung pasif, tidak bergairah, dan kurang perhatian.
2.      Pembahasan Temuan II
Temuan berikutnya adalah penerapan strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Dengan menerapkan metode penugasan plus ceramah dan diskusi dalam pembelajaran menulis kalimat sederhana, siswa dapat mempelajari materi pelajaran bukan melalui penjelasan guru melainkan dari hasil membaca, menyimak, menganalisis, dan mengambil kesimpulan sendiri setelah melakukan kegiatan seperti yang tercantum dalam rincian kegiatan. Pengalaman yang demikian akan dapat menyenangkan siswa karena mereka merasa berhasil menemukan sendiri pengetahuannya yang dipelajari.
Oleh karena melalui metode penugasan siswa diminta untuk menyelesaikan tugas menulis kalimat sederhana tersebut berarti intensitas dan keterlibatan siswa menjadi tinggi.Hal  ini akan menyebabkan siswa lebih perhatian, bergairah, dan lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Kondisi yang demikian itu mendorong siswa belajar lebih baik lagi sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik pula. Hal ini didukung oleh pendapat Koetoer (2004:13) bahwa kurangnya intensitas kegiatan belajar akan berdampak pada hasil belajar siswa menjadi kurang pula.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penugasan menulis kalimat sederhana sebagai wujud strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dapat menyebabkan prestasi belajar lebih baik dan meningkat.
H.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berupa peningkatan belajar siswa melalui penulisan kalimat sederhana meningkat dari nilai rata-ratanya cukup baik, data yang diperoleh mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa “Kemampuan menulis kalimat sederhana siswa kelas I SD Negeri 1 Mekarsaridapat ditingkatkan melaluimetode penugasan plus ceramah dan diskusi”.
I.      

Daftar Pustaka
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK.
                        Bandung: Yrama Widya.
Badudu, J.S. 1971. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung:Pustaka Prima.
----------------. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Edisi Kedua. Flores:  
                       Nusa Indah.
Nasution, S. dan M. Thomas. 1988. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, 
dan Makalah. Bandung: Bumi Aksara.
Oka, Gusti Ngurah. 1974. Problematik Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia.
                       Surabaya: Usaha Nasional.
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sunarto dan Agung Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung:
Angkasa.
Trianto.2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wiliyana, Sri. 1998. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar